Drama dan Aroma Konspirasi di MotoGP 2015

Momen persaingan Jorge Lorenzo, Valentino Rossi, dan Marc Marquez di Sirkuit Sepang, Malaysia
PERHELATAN MotoGP 2015 mencapai klimaksnya di Sirkuit
Ricardo Tormo, Valencia, Spanyol, 8 November silam. Pembalap Movistar
Yamaha, Jorge Lorenzo akhirnya keluar sebagai juara dunia 2015.
Lorenzo dinobatkan juara dunia musim ini karena mengoleksi poin
terbanyak. Dari 18 seri yang digelar, pembalap 28 tahun tersebut sukses
mengoleksi 330 poin dari total tujuh kemenangan yang diraihnya. Lorenzo
unggul lima angka dari rival yang juga rekan setimnya, Valentino Rossi
yang berada di posisi dua dengan koleksi empat kemenangan.
Secara keseluruhan, kompetisi musim ini berjalan cukup menarik. Hampir
tiap seri selalu menyuguhkan persaingan yang mendebarkan. Valentino
Rossi, Marc Marquez, dan Jorge Lorenzo jadi aktor utama dalam persaingan
musim ini.
Lorenzo yang sempat tampil buruk di awal-awal, mampu bangkit hingga
keluar sebagai juara. Marquez, yang tampil inkonsisten, harus terlempar
dari persaingan lantaran kerap gagal menyelesaikan balapan.
Sementara itu, Rossi yang tampil paling konsisten dan tidak pernah
terlempar dari lima besar di tiap serinya, harus gigit jari gagal
merebut trofi juara dunia ke-10.
Momen dramatis pun tak jarang terjadi di musim ini. Bahkan, saking
dramatisnya, gelar juara dunia yang diraih Lorenzo jadi polemik.
Sportivitas dari individu pembalap dipertanyakan.
Valentino Rossi tampil sebagai whistleblower. Pembalap kawakan Italia
itu mencium aroma konspirasi yang dilakukan Marc Marquez dan Jorge
Lorenzo.
Tudingan tersebut pertama kali dilontarkan The Doctor usai balapan di
Phillip Island, Australia, di mana saat itu Rossi dan Lorenzo tengah
bersaing ketat untuk memperebutkan gelar juara dunia. Sementara Marquez
sudah terlempar dari persaingan.
Rossi menilai, Marquez mulai melupakan nilai-nilai sportivitas lantaran
menunjukkan gelagat ingin menjegalnya dan membantu Lorenzo tampil
sebagai juara dunia. Gelagat itu dilihatnya saat balapan, di mana ia
mendapatkan perlawanan sengit dari Marquez.
Tudingan Rossi terbukti tatkala ia kembali mendapatkan perlawanan sengit
dari Marquez pada seri berikutnya di GP Malaysia. Marquez yang sempat
memimpin balapan, dengan mudahnya memberikan ruang bagi Lorenzo untuk
menyalipnya.
Sementara itu, hal sama tidak diterima Rossi. Pembalap muda Spanyol
tersebut malah memberikan perlawanan sengit, hingga membuat Rossi naik
pitam dan terjadilah insiden senggolan yang menyebabkan Marquez
terjatuh.
Motif dendam jadi alibi Rossi. Dia merasa, Marquez masih menyimpan
dendam lantaran kalah darinya pada dua seri sebelumnya (di GP Argentina
dan Belanda). Di dua seri tersebut, Rossi dan Marquez memang sempat
terlibat kontak.
Rossi harus membayar mahal insiden tersebut. Peluang juaranya menjadi
sangat tipis lantaran ia dinyatakan bersalah sehingga mendapat penalti
tiga poin yang membuatnya harus start dari posisi buncit di seri
pamungkas, MotoGP Valencia.
Klimaks drama musim ini terjadi di Valencia. Perjuangan Rossi dari
posisi buncit hingga akhirnya finis di urutan empat pun sia-sia lantaran
Lorenzo sukses memenangi balapan.
Isu konspirasi kembali diembuskan Rossi usai balapan. Ia menuding
Marquez tampil s etengah hati. Tudingan Rossi cukup beralasan. Pasalnya,
dari awal hingga akhir lomba, Marquez yang berada di belakang Lorenzo
sama sekali tidak melakukan manuver untuk menyalip kompatriotnya itu.
Bahkan, pada satu momen di akhir-akhir balapan, Marquez justru sibuk
memblok rekan setimnya, Dani Pedrosa yang coba memenangi balapan.
Menilik apa yang terjadi di tiga balapan terakhir, Rossi memang tidak
bisa disalahkan apabila menuding ada konspirasi antara Lorenzo dan
Marquez. Namun, dia tidak bisa berbuat apa-apa lantaran tidak memiliki
bukti yang kuat untuk membuktikan tudingannya tersebut. Biarlah
konspirasi itu jadi misteri.
Lika-liku perjalanan musim ini yang penuh drama dan aroma konspirasi ini
tentunya menjadi pekerjaan rumah bagi otoritas MotoGP, yakni FIM dan
Dorna Sport selaku operator balapan. Mereka harus menemukan formula atau
regulasi yang tepat agar kontroversi ini tidak kembali terjadi di masa
depan.
Sementara bagi Rossi, yang bisa dilakukannya sekarang adalah melupakan
segala kekecewaan yang dialaminya musim ini dan mengubahnya menjadi
motivasi yang lebih besar untuk bisa tampil lebih apik lagi di MotoGP
2016.